Proses
belajar di tahap taman kanak-kanak (TK) memang berbeda dengan di tahap sekolah
dasar (SD). Di TK, porsi bermain lebih mendominasi, namun di manapun di seluruh
dunia ini, SD selalu menuntut prestasi akademis dari siswa.
Nilai rapor menjadi
tolok ukurnya.
Untuk itu, diperlukan
kondisi fisik dan psikis dari anak yang cukup matang untuk mencapainya. Kondisi
psikis yang dimaksud salah satunya adalah kemampuan berkonsentrasi.
Bayangkan, apa yang
akan terjadi jika anak belum siap untuk
berkonsentrasi pada gurunya? Anak akan mengobrol, berjalan-jalan di kelas, atau
bermain di mejanya. Anak tidak akan merasa terbeban jika tidak mengerjakan
tugas atau jika mendapat nilai yang tidak memuaskan orang tua. Akibatnya anak mendapat teguran dan orangtua
dipanggil.
Kemampuan
konsentrasi akan berkembang sesuai dengan usia anak. Semakin tua seorang anak,
maka ia akan semakin mampu untuk berkonsentrasi lebih lama. Selain usia,
kecerdasan dan kondisi kesehatan juga dapat mempengaruhi. Secerdas apapun
seorang anak, jika sedang sakit tentu konsentrasinya juga akan terganggu.
Belum siap
berkonsentrasi penuh akan membuat nilai anak tidak seistimewa rekannya yang
sudah jauh lebih siap bersekolah. Sebagai akibatnya, dapat mempengaruhi
penilaian anak terhadap dirinya. Anak dapat merasa kurang pandai, bosan, bahkan
minder dengan temannya. Apalagi jika ditambah tekanan dari orang tua agar
meraih prestasi yang dibandingkan dengan anak lain.
Masalah-masalah di
atas dapat dihindarkan jika anak ditunda untuk dimasukkan ke sekolah dasar.
Oleh karena itu, jangan terburu-buru menyekolahkan anak. Lihat secara objektif
kemampuan konsentrasinya. Jika ia sudah siap berkonsentrasi, maka ia akan lebih
menikmati proses belajar, sehingga memungkinkan prestasi yang optimal.
Rudangta A. Sembiring, M. Psi
0 comments:
Post a Comment