Autism Awareness
Kata autisme semakin lama semakin dikenal oleh masyarakat, namun tidak selalu diikuti dengan pemahaman yang tepat.
Pseudo Life
Dalam terminologi filsuf Herakleitos, mengingkari perbedaan adalah sama dengan pengingkaran terhadap kenyataan. Jadi, jika yang ada hanya sama, aku, kami, maka tidak ada perbedaan, tidak ada kreativitas, tidak ada pertumbuhan, tidak ada perkembangan, tidak ada kehidupan. Yang nampak hanya hidup yang seolah-olah, hidup yang palsu. Pseudo life.
Metode pelatihan: Pedagogis vs Andragogis
Dalam kegiatan pelatihan, pemilihan dan penggunaan metode pelatihan atau pembelajaran memegang peranan yang sangat vital. Oleh karenanya dalam edisi ini akan dipaparkan secara ringkas 2 (dua) metode yang biasanya digunakan dalam pelatihan, yaitu metode pedagogis dan metode andragogis.
Otak
Tracey Tokuhama-Espinosa menulis dalam bukunya, bahwa manusia ternyata menggunakan kedua belahan otaknya (kanan dan kiri) secara bersamaan untuk menyelesaikan persoalan kognitif, baik yang bersifat emosional atau rasional, ketika berpikir kreatif maupun saat menyelesaikan persoalan matematika. Penelitian-penelitian lainnya terus dikembangkan dan pada saatnya nanti akan dipublikasikan, sehingga akan membuka wawasan mengenai kinerja dan perkembangan otak. Namun demikian, sebagai orang tua, jangan lupa untuk menyeimbangkan perkembangan anak, dengan kasih sayang dan disiplin.
Dec 6, 2010
METODE PELATIHAN: Pedagogis vs Andragogis (I)
Uang = Tujuan?
Menyayangi tanpa Memanjakan Anak
Mengapa menghentikan Botol (dot)?
Semua proses untuk menuju kematangan membutuhkan pengorbanan, begitu pula dengan proses melepaskan diri dari ketergantungan terhadap botol. Namun demikian, manfaatnya sungguh sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan. Anak dapat merasa lebih percaya diri bahwa ia sanggup melepas ketergantungan, muncul rasa bangga, dan merasa diri sudah lebih besar. Hal ini juga membuat anak secara emosional lebih matang.
OUTBOUND TRAINING : tren atau kebutuhan? (3)
• Apa sajakah tugas dan tanggung jawab dari pekerjaan tertentu? Apakah ada perubahan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan sehubungan dengan adanya perubahaan kebijakan di tingkat organisasi dalam bidang kesehatan dan keselamatan di tempat kerja? Jika iya, perubahaan apakah itu? Ketrampilan dan pengetahuan apa sajakah yang perlu dimiliki karyawan agar dapat memenuhi tugas dan tanggung jawabnya secara kompeten tanpa resiko terhadap kesehatan dan keselamatan?
Isu terakhir yang dibahas adalah analisis pada tingkatan individu (karyawan). Dalam analisis difokuskan pada KSA yang dibutuhkan oleh individu. Karyawan membutuhkan pelatihan baik untuk prestasi pribadi dan juga untuk memenuhi tuntutan pekerjaan Pertanyaan yang bisa diajukan di tingkatan individu antara lain:
• Ketrampilan dan pengetahuan apa saja yang sudah dimiliki karyawan? Pelatihan apa saja yang sudah diikuti masing-masing karyawan? Cara pelatihan seperti apa yang paling dapat memenuhi kebutuhan individu karyawan? Pelatihan di ruang kelas, pelatihan di tempat kerja, atau metode lain? Apakah lebih baik menggunakan pelatih dari luar atau dari dalam perusahaan? Apakah pelatihan sebaiknya dilakukan di dalam atau di luar jam kerja? Apakah ada karyawan yang mempunyai keterbatasan bahasa sehingga pelatihan perlu dilakukan dalam bahasa tertentu?
Akhir kata, agar program pelatihan dapat mengena sasaran maka langkah-langkah dalam analisis kebutuhan pelatihan sangat mutlak untuk untuk dilakukan. Demikian pengenalan ringkas mengenai analisis kebutuhan pelatihan. Semoga bermanfaat!
Yulius Yusak Ranimpi, M.Si, Psikolog
Kapan Perlu Psikotes? (2)
Dalam hal ini, psikotes sering diperlukan sebagai alat yang dapat memberikan data penting mengenai tingkat kecerdasan, aspek-aspek kecerdasan, minat, bakat, maupun kepribadian seseorang. Psikotes sudah melalui proses standarisasi, sehingga dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Namun demikian, ada kalanya psikotes tidak sesuai untuk diberikan. Hal ini biasanya terjadi ketika anak masih terlalu kecil, atau memiliki keterbatasan fisik tertentu seperti lumpuh, bisu, tuli, atau buta. Dalam hal ini, psikotes dilakukan dengan menggunakan tes yang khusus dirancang untuk mengatasi keterbatasan tersebut, atau dapat diganti dengan observasi terstruktur.
Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi
OUTBOUND TRAINING : tren atau kebutuhan? (2)
1.Analisa kebutuhan pelatihan
2.Menentukan tujuan pelatihan
3.Memastikan kesiapan peserta
4.Menciptakan suatu lingkungan belajar
5.Mengorganisasikan materi pelatihan
6.Memilih metode pelatihan
7.Mengevaluasi program pelatihan
Di antara bagian dari desain pelatihan di atas, bagian analisa kebutuhan pelatihan adalah yang paling menentukan. Dalam analisa kebutuhan pelatihan, terdapat tiga (3) isu penting yang perlu mendapat kajian yang benar-benar serius. Isu yang pertama adalah, apakah pelatihan yang ingin dilakukan tersebut telah menjadi kebutuhan pada level organsasi/perusahaan? Untuk menjawab pertanyaan itu perlu diperhatikan: arah strategi perusahaan (sangat tergantung pada strategi bisnis yang sedang dijalankan, seperti concentration strategy, internal growth strategy, external growth strategy atau deinvesment strategy), adanya dukungan dari level manajer, dan tersedianya sumber daya untuk mendukung. Bersambung…
Yulius Y. Ranimpi, M.Si, Psikolog
Kapan Perlu Psikotes? (1)
Pada dasarnya psikotes merupakan alat bantu untuk mengenal karakteristik seseorang dengan cepat. Saat psikotes, psikolog menggunakan alat-alat tes yang telah teruji keandalan dan kevalidannya untuk menjaring sampel perilaku. Berdasarkan sampel tersebut, psikolog dapat menentukan taraf kecerdasan, bakat, minat, dan kepribadian seseorang. Psikolog juga dapat memprediksi perilaku sehari-hari, maupun perilaku yang akan muncul dalam situasi tertentu, misalnya dalam situasi yang menekan. Data tersebut kemudian dapat diolah sesuai dengan tujuannya.
Untuk tujuan penjurusan, psikolog kemudian mengevaluasi kecocokan karakteristik orang tersebut dengan karakteristik jurusan-jurusan yang ada di sekolah. Untuk kepentingan seleksi calon karyawan, psikolog kemudian akan mengevaluasi kesesuaian karakteristik pelamar dengan karakteristik pekerjaan dan perusahaannya. Misalnya saja untuk seleksi calon sales, salah satu aspek yang dievaluasi adalah keterampilan sosial. Namun demikian, tentu saja akan ada perbedaan keterampilan sosial yang dibutuhkan di antara sales perusahaan perbankan dengan sales di perusahaan konstruksi bangunan.
Agar psikolog dapat membuat evaluasi yang tepat, diperlukan kecermatan dalam memilih alat tes. Ada ratusan bahkan mungkin ribuan ragam alat tes di dunia, sehingga keputusan untuk memilih alat mana yang akan dipakai, didasarkan pada kemampuan suatu alat tes untuk memberikan data yang diperlukan agar tujuan penyelenggaraan psikotes tercapai. Oleh karena itu, mengetahui tujuan penyelenggaraan psikotes merupakan hal yang amat penting.Melihat proses kerja seorang psikolog seperti yang diuraikan di atas, tentunya kurang bijak jika kita memaksa seseorang untuk mengikuti psikotes hanya karena ingin memuaskan rasa ingin tahu mengenai IQ atau kepribadiannya saja. Pilihan untuk menggunakan psikotes sebaiknya didasarkan atas niat tulus untuk memanfaatkan data tersebut guna kepentingan yang lebih luhur.
oleh: Rudangta Arianti S., Psikolog
OUTBOUND TRAINING: trend atau kebutuhan? (1)
Di dunia industri, pelatihan adalah salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan kinerja seseorang atau sekelompok orang (selain pendidikan dan pengembangan). Oleh karena itu, sebelum pelatihan diputuskan untuk menjadi solusi, maka perlu dilakukan assessment untuk mencari informasi yang terkait dengan itu. Assessment itu dikenal dengan sebutan analisis kebutuhan pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan bertujuan untuk mengetahui dengan benar dan tepat, apakah pelatihan itu sungguh-sunguh diperlukan dan atau merupakan satu-satunya alternatif solusi bagi persoalan kinerja yang sedang dihadapi. Pelatihan yang dilakukan tanpa analisis kebutuhan pelatihan, hanya akan menjadi ajang pemborosan dana, waktu, dan tenaga bagi yang menyelenggarakan, ditambah lagi dengan hasil yang tidak jelas. Dalam pelatihan, yang disasar adalah keterampilan tertentu yang dinilai perlu untuk segera diperbaiki. Oleh karenanya aspek psikomotorik (dalam hal ini keterampilan) mendapat perhatian yang cukup dominan. Dengan demikian yang menjadi prinsip dala pelatihan adalah how to do the right things now. Beda dengan pendidikan dan pengembangan yang lebih menyasar pada aspek pengetahuan dan afektif dan merupakan strategi jangka panjang.
Karena memiliki bobot pendidikan, maka pelatihan tidak bisa di lakukan dengan pertimbangan trend belaka atau ikut-ikutan. Segala sesuatu harus dihitung atau assest.
Bersambung.....
Edisi berikut: langkah-langkah analisa kebutuhan pelatihan.
oleh: Yulius Yusak Ranimpi, M.Si, Psikolog
Mari Memberi Stimulasi Dini
Stimulasi pada anak-anak, terutama diperlukan sejak usia 0-5 tahun pertama kehidupannya. Pada saat ini, sel-sel otak bertumbuh dengan amat pesat, khususnya dari usia 0-3 tahun. Untuk mendukung pertumbuhannya, diperlukan asupan gizi yang cukup dan seimbang. Di samping itu, untuk mengoptimalkannya, diperlukan stimulasi yang tepat.
Bagaimana cara memberi stimulasi yang tepat? Pertama, kita perlu mengenali kemampuan yang sudah dimiliki oleh anak saat ini, kemudian membandingkan dengan standar kemampuan yang umum berlaku untuk anak-anak seusianya. Standar ini biasanya ditempel di dinding Puskesmas, ruang praktek dokter anak, ruang praktek bidan, atau Rumah Sakit yang menangani anak-anak. Bisa juga mencari di buku-buku yang membahas mengenai perkembangan anak, atau di internet. Bila mencari di internet, kata kunci yang dapat digunakan antara lain developmental milestone. Dengan mengetahui standar kemampuan yang berlaku umum, kita dapat menentukan, apakah kemampuan anak kita saat ini merupakan hal yang wajar dimiliki untuk anak seusianya, melebihi anak seusianya, atau malah tertinggal. Stimulasi yang diberikan sebaiknya satu tingkat di atas kemampuan anak saat ini.
Kedua, kita sebaiknya memperhatikan kesiapan anak untuk mempelajari hal-hal atau keterampilan baru tersebut. Salah satu tanda kesiapannya adalah ketika ia menunjukkan rasa ingin tahu tentang hal tersebut, misalnya mencoba meniru, memegang atau bahkan membongkar barang yang menarik perhatiannya.
Ketiga, lakukan dengan gembira, tidak memaksa, dan tetap menjaga rasa ingin tahu anak. Hal ini diperlukan, karena walau menunjukkan kesiapan, anak tetap membutuhkan waktu dan latihan untuk menguasai keterampilan tersebut. Sama seperti kita, walaupun menunjukkan kesiapan untuk menyetir mobil, tetap membutuhkan waktu dan latihan agar terampil menyetir. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa setiap anak memiliki kecepatan perkembangan yang unik, dan berbeda antara anak yang satu dan yang lainnya. Oleh karena itu, kekuatiran yang ada mengenai perkembangan anak, lebih baik didiskusikan dengan ahli tumbuh kembang anak.
Dengan memberikan stimulasi yang tepat, maka perkembangan anak akan menjadi lebih optimal. Relasi antara orang tua dan anak pun akan menjadi semakin erat. Anak akan menjadi gembira, dan lebih percaya diri.
Rudangta Arianti Sembiring, Psikolog.