Jan 14, 2011

METODE PELATIHAN: Pedagogis vs Andragogis (II)


never stop
Pada edisi yang lalu kita sudah membahas metode pelatihan yang menggunakan dasar pemikiran pedagogis. Sebagai pembandingnya, maka pada edisi ini akan dibahas metode pelatihan yang berlandaskan pada pemikiran andragogis.
Konsep ini dikembangkan oleh Malcolm Knowles yang didasarkan pada beberapa asumsi dasar, yakni:

Asumsi Pertama, berkaitan dengan adanya perubahan konsep diri yang semula bergantung penuh (kepada orang lain) menjadi pribadi yang semakin mampu mengatur dan mengarahkan dirinya sendiri. Pembelajar dewasa adalah pembelajar yang mengatur dirinya sendiri. Pembelajar dewasa seharusnya bertanggung jawab terhadap kehidupannya, termasuk merencanakan, melaksanakan, serta menilai sendiri kegiatan pembelajarannya. Selama proses tersebut, sebaiknya antara pelatih dan peserta secara terus-menerus menjalin hubungan layaknya teman dengan menciptakan komunikasi dua arah.

Asumsi Kedua, berkaitan dengan peran pengalaman, suatu prinsip khusus bagi pembelajar dewasa. Menurut Knowles, setiap individu dewasa dihadapkan pada situasi pembelajaran yang menjadikan kekayaan pengalaman (buruk maupun baik) sebagai dasar awal pembelajaran dan dinilai sama baiknya dengan sumber asal/langsung sehingga layak untuk dibagikan kepada orang lain. Pelatih yang bijaksana akan cenderung untuk menyelidiki/mencari tahu hal apa sajakah yang telah diketahui oleh para peserta. Kemudian pelatih akan memadukan informasi yang dimiliki dengan pengalaman peserta (yaitu hal-hal yang telah diketahui peserta) dan menghindari untuk memperlakukan peserta seperti mereka tidak mengetahui apapun dan harus dididik layaknya anak kecil.  

Asumsi Ketiga, bahwa orang dewasa dapat dianggap siap untuk belajar ketika mereka merasa perlu untuk mengetahui atau melakukan sesuatu. Orang dewasa menginginkan agar pengalaman pembelajaran menjadi praksis dan realistis, lebih terpusat kepada masalah (problem-centered) dan bukan terpusat kepada subjek (subject-centered). Pelatih yang efektif akan membantu peserta untuk mengerti bahwa mempelajari keterampilan atau tugas tertentu akan membantu mereka menjadi semakin berhasil. 

Asumsi Keempat, orang dewasa ingin pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dapat memberi kontribusi di dalam mengatasi/menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dan bersifat segera.

Asumsi Kelima, orang dewasa termotivasi untuk belajar dikarenakan faktor internal dalam dirinya, seperti harga diri (self-esteem), hasrat untuk memperoleh pengakuan, adanya rasa ingin tahu, kecintaan terhadap pembelajaran yang sudah ada sejak lahir, keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup, ingin meningkatkan kepercayaan diri, atau memanfaatkan peluang untuk mengaktualisasikan diri.
Dengan demikian, dalam pelatihan yang menerapkan model andragogis, pelatih dan pembelajar berada dalam situasi kolaboratif dan ekual. Sekalipun demikian, pemilihan model pelatihan (entah pedagogis ataupun andragogis) tentunya harus mempertimbangkan aspek sosial budaya yang melatarbelakangi para peserta pelatihan sehingga pada penerapannya tidak mengalami kendala. 

Yulius Yusak Ranimpi, M.Si, Psikolog

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons